Senin, 12 Desember 2011

PENYAKIT YANG MENYERANG SISTEM GERAK

PENYAKIT YANG MENYERANG SISTEM GERAK

A. ARTRITIS
Radang sendi atau artritis reumatoid (bahasa Inggris: Rheumatoid Arthritis, RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang. Pada Gambar 1, ditunjukkan bahwa RA dapat mengakibatkan nyeri, kemerahan, bengkok dan panas di sekitar sendi. Berdasarkan studi, RA lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan rasio kejadian 3 : 1.
Umumnya penyakit ini menyerang pada sendi-sendi bagian jari, pergelangan tangan, bahu, lutut, dan kaki. Pada penderita stadium lanjut akan membuat si penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan kualitas hidupnya menurun. Gejala yang lain yaitu berupa demam, nafsu makan menurun, berat badan menurun, lemah dan kurang darah. Namun kadang kala si penderita tidak merasakan gejalanya. Diperkirakan kasus Rheumatoid Arthritis diderita pada usia di atas 18 tahun dan berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% dari jumlah penduduk Indonesia.
A. Gejala
Penderita RA selalu menunjukkan simtoma ritme sirkadia dari sistem kekebalan neuroindokrin.[1]
RA umumnya ditandai dengan adanya beberapa gejala yang berlangsung selama minimal 6 minggu, yaitu :
  1. Kekakuan pada dan sekitar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi hari
  2. Bengkak pada 3 atau lebih sendi pada saat yang bersamaan
  3. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi pada sendi-sendi tangan
  4. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumnya menyerang sendi pergelangan tangan
Pada tahap yang lebih lanjut, RA dapat dikarakterisasi juga dengan adanya nodul-nodul rheumatoid, konsentrasi rheumatoid factor (RF) yang abnormal dan perubahan radiografi yang meliputi erosi tulang.

B. Penanda RA yang terdahulu

Rheumatoid Factor (RF) merupakan antibodi yang sering digunakan dalam diagnosis RA dan sekitar 75% individu yang mengalami RA juga memiliki nilai RF yang positif. Kelemahan RF antara lain karena nilai RF positif juga terdapat pada kondisi penyakit autoimun lainnya, infeksi kronik, dan bahkan terdapat pada 3-5% populasi sehat (terutama individu usia lanjut).
Oleh karena itu, adanya penanda spesifik dan sensitif yang timbul pada awal penyakit sangat dibutuhkan. Anti-cyclic citrullinated antibody (anti-CCP antibodi) merupakan penanda baru yang berguna dalam diagnosis RA. Walaupun memiliki keterbatasan, RF tetap banyak digunakan sebagai penanda RA dan penggunaan RF bersama-sama anti-CCP antibodi sangat berguna dalam diagnosis RA.



B. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan penyakit kelainan metabolik tulang yang ditandai dengan berkurangnya kepadatan tulang secara progresif, sehingga kekuatan menjadi sangat berkurang dan mudah terjadi patah tulang. Kerapuhan tulang terjadi jika masa tulang mulai berkurang, sehingga tulang menjadi rapuh dan keropos. Tulang mengandung beberapa mineral anatara lain kalsium dan fosfat.

Bagian tubuh mana yang sering terkena Osteoporosis?
1. Tulang Punggung
2.Tulang jari tangan
3. Tulang pangkal paha

FAKTOR PENYEBAB OSTEOPOROSIS
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab atau faktor–faktor yang beresiko terkena osteoporosis, antara lain :
• Wanita lebih beresiko daripada pria
• Berusia di atas 50 tahun
• Wanita yang sudah berhenti haid
• Kekurangan hormon estrogen
• Mengalami pengangkatan rahim / ovarium
• Kurang kalsium
• Kurang sinar matahari dan kurang vit. D
• Riwayat keluarga ada yang osteoporosis
• Perawakan kurus, tulang kecil
• Orang asia lebih beresiko dibanding orang eropa
• Perokok
• Peminum kopi dan cola / minuman bersoda
• Peminum alkohol

C.kyphosis
Kyphosis adalah lengkungan ke depan punggung atas (bungkuk). Biasanya merujuk pada bungkuk yang berlebihan, lebih dari 40-45 derajat.
Kyphosis dapat terjadi sebagai akibat dari perkembangan masalah; penyakit degeneratif, seperti radang sendi tulang belakang; osteoporosis dengan fraktur kompresi tulang belakang atau trauma pada tulang belakang. Ini dapat mempengaruhi anak-anak, remaja dan orang dewasa.
Kyphosis kasus ringan dapat menyebabkan beberapa masalah. Tapi kasus yang parah bisa mempengaruhi paru-paru, saraf dan jaringan dan organ lainnya, menyebabkan rasa sakit dan masalah lainnya. Pengobatan untuk kyphosis tergantung pada penyebab kelengkungan dan dampaknya.
Gejala
Gejala termasuk postur tubuh membungkuk, sakit punggung ringan, nyeri tulang belakang, atau kelelahan.
Pengobatan
Pengobatan tergantung pada penyebab dan tanda-tanda dan gejala. Salah satu cara pengobatan adalah dengan latihan untuk memperkuat otot punggung. Atau jika tingkat keparahan bungkuk tinggi maka bisa juga dilakukan dengan operasi.
D. LORDOSIS
Lordosis Penyakit Tulang
Pada orang normal, tulang belakang yang normal tampak lurus jika dilihat dari belakang. Namun, pada penderita lordosis tulang belakang tampak melengkung. Penyebab lordosis belum diketahui. Namun, lordosis berhubungan dengan sikap tubuh yang buruk atau bawaan sejak lahir atau masalah pinggul. Selain itu, penderita lordosis biasanya sering mengalami tekanan hidup.
Gejala Lordosis
Tanda utama dari lordosis adalah pantat tampak menonjol. Gejala yang tampak atau dirasakan berbeda-beda tergantung apakah terjadi cacat lain, seperti distrofi otot, perkembangan dari displasia pinggul, atau gangguan neuromuskular. Sakit punggung, nyeri di kaki, serta perubahan dalam usus dan kandung kernih terkadang dirasakan penderita lordosis.
Pengobatan Lordosis
Untuk menangani gejala lordosis, sentuhan dilakukan di titik qi she, fu ai, gu lai, jian zhong zhu, wei chang, da chang shu, dan hui yang.



E. TERKILIR
DEFINISI
Pergelangan kaki yang terkilir merupakan suatu cedera pada ligamen di pergelangan kaki.
Ligamen adalah jaringan elastik yang kuat, yang menghubungkan tulang yang satu dengan tulang lainnya.
*PENYEBAB
Setiap ligamen di pergelangan kaki bisa mengalami cedera.
Terkilir terjadi karena pergelangan kaki terputar sehingga telapak kaki menghadap ke kaki yang lain.

*Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko terkilirnya pergelangan kaki adalah:
- longgarnya ligamen di pergelangan kaki
- kelemahan atau kerusakan pada saraf dari otot-otot tungkai
- jenis sepatu tertentu (misalnya sepatu tumit tinggi)
- pola berjalan tertentu yang cenderung memungkinkan kaki terputar.
*GEJALA
Beratnya terkilir tergantung kepada beratnya peregangan atau robeknya ligamen:
  1. Derajat 1 : Terkilir ringan.
    Ligamen teregang tetapi tidak mengalami robekan.
    Pergelangan kaki biasanya tidak terlalu membengkak, tetapi terkilir yang sifatnya ringan bisa meningkatkan resiko terjadinya cedera ulang.
  2. Derajat 2 : Terkilir sedang.
    Sebagian ligamen mengalami robekan.
    Pembengkakkan dan memar tampak dengan jelas, dan penderita mengalami kesulitan dalam berjalan dan biasanya berjalan menimbulkan rasa nyeri.
  3. Derajat 3 : Terkilir berat.
    Ligamen mengalami robekan total, sehingga terjadi pembengkakan dan kadang perdarahan dibawah kulit. Akibatnya pergelangan kaki menjadi tidak stabil dan tidak mampu menahan beban.



PENGOBATAN
Pengobatan tergantung kepada beratnya penyakit.
*Pada terkilir yang ringan dilakukan hal-hal berikut:
- pergelangan kaki dan kaki dibungkus dengan perban elastik
- kompres dengan es batu
- mengangkat pergelangan kaki
- secara bertahap kembali melakukan kegiatan berjalan dan olah raga.
*Pada terkilir sedang, biasanya kaki digips selama 3 minggu.
Pemasangan gips ini menyebabkan tungkai bawah tidak dapat digerakkan, tetapi penderita masih dapat berjalan.
*Pada terkilir yang berat mungkin diperlukan tindakan pembedahan.
*Sebelum kembali melakukan kegiatan yang berat, sebaiknya penderita menjalani terapi fisik untuk mengembalikan pergerakan, kekuatan otot dan memperbaiki keseimbangan.


F. ATROFI
*DEFINISI
Rinitis atrofi adalah penyakit infeksi hidung kronis yang ditandai oleh adanyaatrofi progresif pada mukosa, tulang konka dan pembentukan krusta. Secara klinis,mukosa hidung menghasilkan sekret yang kental dan cepat mengering sehinggaterbentuk krusta yang berbau busuk
 * EPIDEMILOGI
Rinitis atrofi lebih sering mengenai pada wanita, terutama pada usia pubertas.Di RS H Adam Malik dari Januari 1999 sampai Desember 2000 ditemukan 6 penderita rinitis atrofi, 4 wanita dan 2 pria, umur berkisar dari 10-37 tahun. Penyakitini sering ditemukan di kalangan masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rendahdan lingkungan yang buruk.
*ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti. Banyak teori mengenaietiologi rhinitis atrofi yang dikemukakan. Diantaranya, yaitu:Rinitis atrofi diklasifikasikan menjadi 2 tipe:
1.Rinitis atrofi primer Penyebabnya belum diketahui secara pasti, ada beberapa teori yang menjelaskantentang penyebab rhinitis atrofi:
a.Faktor herediter  penyakit ini diketahui berkaitan dengan hubungan keluarga yang berdekatan. 
b.InfeksiPaling banyak disebabkan oleh
 Klebsiella Ozaena
. Kuman ini menghentikanaktifitas sillia normal pada mukosa hidung manusia. Selain golonganKlebsiella, kuman spesifik penyebab lainnya antara lain Stafilokokus,Streptokokus,
 Pseudomonas aeuruginosa
2.Rinitis atrofi sekunder Pada keadaan ini umumnya rinitis atrofi disebabkan oleh infeksi hidung kronik seperti sinusitis kronis,tuberkulosis, sifilis, dan lepra. Penyebab lainnya yaitukerusakan jaringan yang luas oleh karena operasi hidung dan trauma serta efek samping dari radiasi. Radiasi pada hidung umumnya segera merusak pembuluhdarah dan kelenjar penghasil mukus dan hampir selalu menyebabkan rinitis atrofi

PROGNOSIS
Penyakit ini dapat menetap bertahun-tahun dan ada kemungkinan untuk sembuhspontan pada usia pertengahan. Jika tidak terdapat perbaikan diharapkan denganoperasi terdapat perbaikan mukosa dan keadaan penyakitnya

G. HERNIA
penyakit hernia atau yang dikenal dengan nama turun berok selama ini lebih dikenal sebagai penyakit pria, karena hanya kaum pria yang mempunyai bagian khusus dalam rongga perut untuk mendukung fungsi alat kelaminnya. Berdasarkan terjadinya penyebab prnyakit hernia, maka hernia dapat dibedakan menjadi hernia bawaan (congenital) dan hernia dapatan (akuisita). Sedangkan menurut letaknya, hernia dibedakan menjadi hernia inguinal, umbilical, femoral, diafragma dan masih banyak lagi nama lainnya. Umumnya hernia tidak menyebabkan nyeri. Namun, akan terasa nyeri bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Infeksi akibat hernia menyebabkan penderita merasakan nyeri yang hebat, dan infeksi tersebut akhirnya menjalar dan meracuni seluruh tubuh. Jika sudah terjadi keadaan seperti itu, maka harus segera ditangani oleh dokter karena dapat mengancam nyawa penderita.

H. HIPERTROPI
  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA HIPERTROPI VENTRIKEL KIRI PADA HIPERTENSI
Penelitian epidemilogik menunjukkan bahwa hipertrofi ventrikel kiri (HVK) meninggikan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Hipertensi yang merupakan problema kesehatan yang penting merupakan penyebab utama HVK. Patogenesis HVK pada hipertensi merupakan hal yang kompleks. Faktor tekanan darah merupakan penyebab yang penting untuk terjadinya HVK, tetapi disamping itu diduga terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya HVK. Hal ini disebabkan korelasi yang kurang baik antara tekanan darah dengan terjadinya HVK dan adanya diskrepansi antara penurunan tekanan darah dengan regresi HVK. Tujuan penelitian ini ialah untuk meneliti faktor-faktor yang berpengaruh pada terjadinya HVK penderita hipertensi. Subyek penelitian ialah subyek pemeriksaan medis di RS Telogorejo Semarang pada Januari 1991 s/d September 1992. Disain penelitian yang digunakan ialah studi penampang melintang (cross sectional). Kriteria hipertensi yang digunakan sesuai dengan The 1988 Joint National Commitee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. Kriteria yang digunakan untuk HVK-EKO ialah bila indeks massa VK > 137 gr/m2 pada pria dan > 106 gr/cm2 pada wanita. Dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya HVK, misalnya tekanan darah sistolik puncak latihan, tekanan sistolik istirahat, indeks massa tubuh, umur, gula darah, dll. Analisis statistik yang digunakan ialah analisis diskriminan univarian dan multivarian dengan memakai program SPSS/PC + 4.0. Selama periode tersebut tersebut dijumpai 135 penderita hipertensi, 119 penderita memenuhi syarat untuk penelitian ini. Dari subyek penelitian tersebut 80 penderita pria (67,2%) dan 39 wanita (32,8%). Umur rata-rata penderita pria 51,2 tahun dan wanita 58,49 tahun. Hipertensi ringan terdapat pada 102 penderita (85,7%), 13 orang dengan hipertensi sedang (10,9%), dan hipertensi berat pada 4 orang (3,4%). Prevalensi HVK-EKO didapatkan 6 kali pravelensi HVK-EKG yang dijumpai 6,6%. Disamping itu, HVK secara pemeriksaan klinik diodapatkan setinggi 4,2% dan HVK secara radiologik 14,3%. Dengan menggunakan analisis diskriminan multivarian ternyata tekanan darah sistolik merupakan faktor utama untuk terjadinya HVK. Tekanan darah sistolik pada puncak latihan merupakan prediktor terjadinya HVK lebih kuat dibandingkan dengan tekanan darah sistolik pada waktu istirahat. Faktor lain yang berpengaruh ialah kelainan ST-T EKG saat ULJB (treadmill) pada pria dan peninggian berat badan pada wanita. Kelainan ST-T EKG dapat disebabkan oleh PJI atau iskemia miokard relatif akibat HVK. Tes perfusi tallium dan pemeriksaan angiografik koroner yang perlu dilakukan untuk menentukan hal ini tidak menunjukkan gangguan fusngi diastolik (disfungsi diastolik) yang bermakna antara penderita dengan dan tanpa HVK, hal ini tidak dijumpai pada fungsi sistolik. Pravelensi HVK-ASH pada penelitian ini yang subyeknya terutama penderita hipertensi ringan (85,7%) ternyata cukup tinggi yaitu sebesar 63,3%. Disaritmia kordis hanya didapatkan pada 7 orang penderita dengan HVK (5,6%), hal ini mungkin disebabkan karena tidak dilakukannya pemeriksaan monitor Holter.

1 komentar:

  1. terimakasih banyak, sangat membantu sekali...

    http://obattraditional.com/obat-tradisional-radang-sendi/

    BalasHapus